Skip to main content

Cek 7 Cara Agar Tetap Profesional Meski Punya Pekerjaan Sampingan!

 “All roads that lead to success have to pass through hard work along with professionalism and ethics boulevard at some point.” ― Eric Thomas.

Saya sangat sependapat dengan kutipan tersebut. Ketika mengamati orang-orang sukses di sekitar, saya belum mendapati satupun yang mencapai kesuksesan secara instan. Sepertinya, hal itu memang tidak ada. Semua jalan menuju kesuksesan harus melalui proses, disertai kerja keras, kerja cerdas dan profesionalisme serta etika yang dijunjung secara konsisten bahkan di tikungan paling tajam sekalipun.

Bekerja Sampingan
Memiliki pekerjaan sampingan bukan alasan untuk bersikap tidak profesional.

Kita semua paham bahwa tidak semua ASN atau pegawai kantoran memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup. Bahkan di sebuah Kementerian pun bisa berbeda-beda pada tiap unit eselon satu. Maka tak heran, fenomena orang kantoran bekerja sampingan sudah eksis sejak jaman orde lama hingga era digital hari ini. Pernah dengar kan, anekdot seorang aparat niatnya intel dengan undercover penjual sate malah dagangannya laris dan keterusan jadi penjual sate?

Tidak dipungkiri akan ada  potensi COI (conflict of interest) ketika seseorang memiliki lebih dari satu profesi. Disitu kode etik memegang peranan sebagai rambu-rambu aktifitas. Adapun untuk menjaga profesionalisme saat punya pekerjaan sampingan., setidaknya ada 7 pendekatan yang bisa dicoba:

1. Menggunakan Pemisahan Zona Waktu

Saya sangat menyukai sebuah wisdom yang berbunyi sebagai berikut: sebagian orang menggunakan akhir pekan untuk lari dari kehidupan yang tak mereka inginkan, sebagian lainnya menggunakan akhir pekan untuk menciptakan kehidupan yang mereka impikan.

Tahukan kamu bahwa semua orang di dunia ini memiliki waktu yang sama: 24 jam sehari! Maka jika kamu ingin pekerjaan sampinganmu tidak mengganggu pekerjaan utamamu cobalah untuk memisahkan waktu operasional keduanya.

Sebagai contoh, meluangkan 1 jam di pagi hari sebelum beraktifitas di kantor. Sepulang kantor kamu masih bisa meluangkan 3 jam dan masih bisa tidur di jam 12 malam. Saat weekend kamu bisa bekerja lebih leluasa sampai 5 jam sehari.

Jika kamu bisa disiplin menggunakan pemisahan waktu seperti di atas, maka pekerjaan sampinganmu sudah mendapat 30 jam per minggu. Bandingkan dengan ribuan pegawai yang memilih rebahan, main mobile games, nonton youtube prank. What a waste of time!? Cobalah untuk mengoptimalkan waktu. Memang tidak mudah! Kalau mudah tentu semua orang sudah sukses dan kaya raya.

2. Memilih Bidang yang Sesuai Sumber Daya

Saya ingat di era 2000-an  sering membantu Ayah saya berjualan produk elektronik dan meubelair. Ketika sore tiba, beliau berganti kostum dan mulai melayani pengiriman barang ke rumah-rumah konsumen. Hal ini bisa dilakukan karena pekerjaan utamanya hanya sampai pukul 14.00. Ada sumber daya waktu yang masih bisa dioptimalkan.

Ayah saya hobi mengulik perangkat elektronik, beliau tidak memiliki toko, tidak memiliki capital untuk stock barang, tidak memiliki karyawan. Tapi beliau seseorang yang supel dan pandai meyakinkan orang. Ia dekat dengan pemilik toko-toko elektronik di kota, juga bisa membaur dengan orang-orang di pedesaan. Di rumah ia memiliki kendaraan dan anak lelakinya yang bisa menjadi "pegawai magang". Demikianlah daftar sumberdaya Ayah saya.

Ia memilih bisnis yang sesuai dengan sumberdaya dan tak pernah sekalipun mencoba menjadi penjual sate, atau buka bakery, atau menjadi kontraktor yang menyasar kantor-kantor pemerintah. Dari sumberdaya yang dimiliki seseorang bisa menganlisis sejauh mana ia bisa mengeksploitasinya untuk menciptakan nilai lebih, dan menjauhkan diri dari eksploitasi sumberdaya yang berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.

3. Memilih Bidang yang Zero COI

Jika kamu adalah seorang seorang guru di sebuah SMA dan kamu membuka kursus privat berbayar ke murid-murid di kelasmu maka itu adalah pilihan yang tinggi resiko COI. Berbeda cerita jika pilihan bidang yang diambil adalah manufacturing jamu tradisional. Hal ini karena menjadi seorang pembuat jamu tidak berhubungan secara profesi dengan tugas, fungsi, akses, kewenangan dan  kekuasaan seorang guru.

Beberapa orang lebih memilih menggunakan proxy (perwakilan orang ketiga) jika benar-benar harus terjun ke dalam sebuah bidang yang berkenaan dengan profesi utamanya. Saya tidak menyarankan hal ini karena meski tidak terlibat secara langsung, namun akan ada resiko konflik kepentingan.

Cobalah untuk mengeksplorasi seluruh kekuatan dan kelemahan dirimu. Gunakan analisis SWOT untuk mengaudit diri sendiri. Saya yakin pasti ada peluang yang muncul dari situ. Coba untuk bertanya pada orang lain (konsultan misalnya) dan mencari literasi tambahan (traveling, mencoba hobi baru, baca buku, surfing youtube) agar mendapatkan insight yang lebih luas.

4. Menerapkan Time Management Secara Disiplin

Waktu adalah sumberdaya paling penting yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin jika kamu memutuskan untuk menjadi pegawai yang memiliki pekerjaan sampingan.  Untuk itu skill pengelolaan waktu harus kamu kuasai dan terapkan sedisiplin mungkin. Camkan nasihat ultimate ini:  kamu tidak bisa mengatur waktu, yang bisa kamu atur adalah aktifitasmu.

Jadi secara esensi pengelolaan waktu tidak bisa dipisahkan dari pengelolaan agenda-agenda yang harus kamu kerjakan sejak bangun tidur hingga menutu malam. Salah satu teknik yang paling umum digunakan adalah dengan membuat jadwal. Tuliskan secara nyata, apa saja yang harus dilakukan hari itu.

Eat the frog in the morning! Ini adalah petuah yang berarti kerjakan hal paling sulit, paling menyebalkan, paling berat, paling menyita perhatian, di awal waktu saat energimu masih full. Tentu bukan berarti bangun tidur melek langsung gas pol! Ada banyak teknik memulai hari yang bisa kamu pelajari di sini untuk menjadi pribadi yang profesional dalam membagi waktu.

5. Mendelegasikan Tugas Secara Tepat

Ini adalah kesalahan paling fatal yang sering terjadi pada orang yang kompeten. Dia merasa semua hal hanya akan beres jika dikerjakan olehnya. Padahal, di dunia pekerjaan kantoran maupun di dunia bisnis sama saja: kamu harus mampu melakukan delegasi tugas dengan baik! Ini disebut productivity leverage, atau meningkatkan produktifitas menggunakan daya ungkit.

Barangkali yang perlu kamu perhatikan adalah memastikan bahwa delegasi tugas itu berjalan sesuai standar dan tujuan yang ditentukan. Maka perlu adanya sistem, SOP, alat ukur, dan komunikasi yang bagus antar kamu dan pihak yang berkepentingan. Secara umum tujuan delegasi tugas adalah agar kamu bisa lebih mampu membagi sumber daya utamamu yang terbatas: waktu, ruang (kehadiran), energi, pikiran dll.

Sebagai contoh, jika kamu sibuk di kantor sementara hari itu kamu harus menyelesaikan sebuah proposal senilai 100 juta, cobalah hire seorang copywriter!  Temukan mereka di upwork, fiverr, freelancer id, atau di circlemu sendiri melalui social media seperti linkdin, instagram, facebook, dll. Dan sebagai kabar gembira, delegasi tugas jaman sekarang tidak harus selalu ke manusia. Gunakan robot atau AI untuk beberapa pekerjaan. Saya pribadi memiliki tools dan robot untuk beberapa pekerjaan saya.

6. Memiliki Sistem Monitoring dan Evaluasi

Dalam menjalankan kehidupan ganda sebagai pegawai kantoran dengan pekerjaan ekstra, diperlukan visi-misi, strategi dan indikator-indikator capaian (breakdown) untuk membuatmu tetap on-track.  Jika tidak, maka kekacauan akan menghampirimu cepat atau lambat. Fokus menjadi pecah, perhatian bercabang, tujuan tidak tercapai. Hasilnya, bisa-bisa kedua pekerjaanmu itu saling tumpang tindih dan profesionalitasmu terganggu.

Bentuk sistem monitoring dan evaluasi ini antara lain dengan memiliki sebuah buku mimpi (dream books) berisi cita-citamu. Ini berguna untuk kalibrasi diri ketika menghadapi masa-masa sulit. Mengingatkanmu mengapa mau-maunya memulai semua ini. Selain itu: buku agenda, stupid-paper, serta log-book untuk mencatat semua langkah yang sudah diambil dan hasil yang diperoleh.

Jika kamu mendapati performamu menurun di salah satu bidang yang digeluti, lakukan audit. Apa yang bisa ditingkatkan di sektor itu. Apakah karena proporsi waktu yang kurang? apakah karena ada pergantian strategi dalam menggunakan leverage? Tujuan dari monitoring dan evaluasi adalah untuk mendapat insight sebagai dasar pengambilan keputusan. Ingat bahwa Anda memutuskan untuk selalu berperilaku profesional di setiap lini pekerjaan.

7. Ciptakan Support System

Kita harus selalu menjadi pribadi yang accountable alias hanya melakukan hal-hal yang bisa dipertanggungjawabkan. Terkadang diperlukan pihak eksternal untuk membantu kita selalu on-track. Bisa dari pasangan, teman sekantor, rekan bisnis, atau bahkan bos di kantor.

Fungsi support system beragam mulai dari sebagai penyemangat ketika kamu down, cambuk perbaikan ketika kamu melakukan kesalahan, atau bahkan fungsi "polisi patroli" seperti bagian HR/ Kepatuha Internal di kantormu yang akan menegur jika performamu memburuk di kantor.

Ada salah satu trick "berbahaya" yang bisa dilakukan: ketika kamu ingin mencapai sesuatu, pertimbangkanlah golden triangle dari hal itu. Why? kenapa kamu menginginkannya. How? bagaimana caranya. What? apa saja yang harus dilakukan. Setelah itu mantapkanlah, lalu umumkan mimpimu itu itu ke seluruh media sosialmu. Ya benar: umumkan!

Akibatnya? Kamu akan malu jika sampai gagal! Tapi justru karena itulah kamu akan terus termotivasi untuk meraihnya. Ini adalah cara bagaimana circle di sosial media bisa menjadi support system untukmu. Di sisi lain, kamu juga akan merasa malu jika sampai posting santai-santai di pantai pada saat seharusnya kamu bekerja dari rumah (WFH) secara profesional. Atau terlihat sedang males-malesan rebahan di rumah, padahal impianmu menuntutmu untuk bekerja ekstra.

Kesimpulan

Dengan menerapkan beberapa tips di atas semoga tidak ada lagi pegawai yang takut untuk memiliki lebih dari satu profesi. Yang diperlukan adalah pengelolaan waktu dan agenda, memilih bidang yang tepat, menggunakan sumber daya secara maksimal dan kelilingi dengan orang-orang positif.

Percayalah siapapun bisa bersikap profesional. Jika demikian, maka tidak ada lagi pegawai pusing karena keteteran deadline kantor yang berbenturan dengan tuntutan jadwal pekerjaan sampingan. Nah, kalau ada tips lain silahkan share untuk kita praktikan bersama-sama ya! #StaySharpASNTajir!

Comments

Popular posts from this blog

Intip 9 Cara Pintar Menilai Tawaran Bisnis dari Teman atau Saudara!

"Bro, bagaimana kabarnya? Aku ada penawaran menarik nih. Aku mau buka cabang restoran baru di Jl. Sudirman tapi aku perlu investasi tambahan. Bisnisnya bagus, momentumnya tepat mumpung menjelang bulan puasa pasti rame nanti untuk bukber. Aku kirim proposalnya ya? Spesial untuk kamu, kukasih return 10% per bulan dari nilai investasimu deh! ". Kalau dapat tawaran seperti ini langsung sikat nggak?  Sementara di tabunganmu ada ratusan juta nganggur karena tidak tahu harus diapakan. Suara-suara surgawi mulai mengalun indah di kepala: wah bisa nih buat muter duit tabunganku, ada kesempatan jadi investor, punya saham di restoran, nanti dapat duit bagi hasil, ongkang-ongkang kaki bisa bikin tajir, bisa story di IG sambil bilang "Nengok warung jualan cheeeck.." , wah... senangnya!!!? Tawaran investasi usaha dari teman seringkali tampak menggiurkan bagi kaum gajian. STOP! Take a deep breath , read this blog to the end! Di dunia bisnis, kamu perlu menjadi stoic. Karena in

Kapan Waktu Terbaik Untuk Resign?

Keputusan resign yang baik seyogyanya mempertimbangkan beberapa aspek pemikiran kritis seperti mengapa harus resign, apa yang terjadi jika tidak resign, kemana karir selanjutnya, dan kapan seharusnya mengajukan surat pengunduran diri. Namun dari semuanya, pertanyaan kapan memiliki nilai penting karena terkait dengan eksekusi dari serangkaian strategi yang telah dibangun. Keputusan resign adalah hal penting yang memerlukan pertimbangan secara jernih dan matang. Jadi kapan sebaiknya resign? 1. Saat memiliki performa sangat baik secara terus-menerus namun tidak menunjukan korelasi positif dengan perkembangan karir di tempat bekerja. 2. Ketika mendapatkan kesempatan atau penawaran untuk bekerja di tempat yang lebih baik dengan nilai gaji dan kompensasi yang lebih tinggi. 3. Ketika tempat kerja Anda memiliki kultur yang toxic dimana upaya apapun untuk membawa perubahan positif menjadi tidak berarti, bahkan menghasilkan resistensi lingkungan terhadap Anda. 4. Ketika ingin putar haluan menja

Jualan Dengan Memanfaatkan Rasa Takut Manusia

Di sebuah pagi yang cerah tak sengaja saya menemukan acara di TV dimana seorang host menjual produk rice-cooker dengan embel-embel kesehatan. Ia melakukan “edukasi” soal bahaya nasi untuk penderita diabetes, khususnya betapa cara orang memasak nasi selama ini salah. Untuk memperkuat argumen ia memakai test iodium, dengan pipet tetes tanpa takaran jelas, untuk menunjukan betapa tingginya kandungan gula dalam sesendok nasi. "Lihat, warnanya berubah menjadi hitam! Ini tandanya gulanya sangat tinggi. Dan itu tidak baik untuk Anda!" Teknik penjualan dapat dilakukan dengan menggugah emosi calon pembeli. Sadarkah kamu tentang fenomena ini?. Betapa pemilik brand acapkali menciptakan urgensi melalui rasa takut. Lalu sebuah produk ditawarkan sebagai solusi? Setelah menerapkan teknik agitasi masalah dan solusi, produk berupa rice-cooker yang katanya canggih dan bisa bikin nasi menjadi low-carbo itu ditawarkan dengan harga dua juta rupiah lebih yang dicoret menjadi 1 jutaan